Belajar
Ilmu Pranikah, Raih Surga Rumah Tangga
“Dede
Melda”
Pendengaran
kita ketika menyebutkan kata “menikah”
bagi yang belum masuk di gerbang
pernikahan pasti akan terbayang betapa
bahagia menjalankan
kehidupan bersama dengan
orang yang kita cintai dengan segala rutinitas hari-hari. Kehidupan seakan milik
berdua selayaknya orang terkena
virus merah jambu menyerang segala
sendi-sendi hidup kita, suasana tidak lagi sepi. Ada teman untuk
bercerita, berkeluh kesah, dan
semua happy ending seperti kisah epic tentang cinta. Bukan
sekadar tentang kehidupannya,
tetapi tentang pesta pernikahan. Hal ini juga menjadi bayangan bagi para pranikah karena mereka
akan memikirkkan konsep
pernikahannya dengan sangat apik. Tersampai harus merogoh saku sampai dalam
untuk menyiapakan pesta
pernikahan sempurna dan berlomba-lomba bagi sebagian orang
menjadi ajang pamer.
Berlomba-lomba menyiapkan konsep pernikahan
bertema sesuai dengan keinginan para pranikah tersebut. Kadang hal tersebut
membuat para pranikah lupa akan
kehidupan setelah pernikahan akan di mulai
ketika pesta telah usai.
Pernikahan
yang kita bayangkan tak seapik pesta
pernikahannya. Jadi, kita
lantas bertanya apa
sesusungguhnya esensi pernikahan itu? Pendeskripsiaan setiap orang
akan berbeda tentang pernikahan. Pernikahan secara umum adalah penyatu cinta antara laki-laki dan
perempuan secara sah di mata
agama dan sipil, serta
menimbulkan hak dan kewajiban di setiap pasangan. Menurut KBBI “nikah
adalah ikatan perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan
ajaran agama. Sedangkan,
pandangan di dalam Alquran satu di
antaranya tercurah pada surah
Az-Zariyat ayat 49 “ Dan segala
sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. Jika dilihat dari segi arti bahwa pernikahan
bukan sekadar kita
suka sama suka
langsung menikah, tetapi ada ikatan yang
secara sadar kita akan tahu secara pertanggungjawaban dengan
keluarga dan Allah Swt. Apakah
dengan sekadar tahu bahwa
menikah sebuah ikatan kita
cukup mengikat begitu saja? Ikatan ini kita analogi sebuah tali tambang untuk menarik beban berat di antara penyambungnya, jika kita menyambung secara
asal tanpa tahu cara kerjanya
pasti akan membahayakan segala sesuatu
di sekitarnya. Akan tetapi, jika
ikatan ini kita
ikat dengan teknik atau cara yang
benar pasti akan menyelematkan
segala sesuatu di sekitarnya.
Begitu juga dengan pernikahan jika
kita tahu ilmu pranikah
pasti kita akan
selamat sampai tujuan.
Pernyataan
di atas tentang ilmu pranikah membuat kita bertanya dan cukup
menggelitik di hati. Kita ambil contoh
seperti ini ada sepasang
kekasih sudah saling
mengenal dan pacaran setara dengan
mengambil kredit mobil atau perumahan bersubsidi. Mereka sudah
mengenal tentang karakter pasangan
masing-masing, tidak ada yang meragukan
cinta keduanya. Mereka menganggap
jika menikah tidak akan ada masalah karena
selama ini sudah saling memahami.
Mereka menikah dan menjalankan pernikahan tanpa ilmu yang
mereka bawa, sekadar membawa ilmu
ketika berpacaran. Semua seolah berubah, si istri mengatakan bahwa si suami berubah, begitu juga
sebaliknya. Si suami melihat
begitu banyak kekurangan dari si
istri, tak ada lagi perasaan memahami keduanya. Tak ada lagi kisah
bertahun-tahun mereka jalani bersama. Rumah tak
lagi menjadi surganya mereka untuk pulang
dan beristirahat, tetapi seperti neraka bagi mereka. Jadi apa yang
salah dari mereka? Hal ini banyak
sekali terjadi di kehidupan kita. Kita melihat dulu mereka sepasang kekasih lengketnya
mengalah sebuah lem. Akan tetapi, ketika
mereka menikah seolah semua itu
sirna dan tidak tahu sinar pernikahan akan mengarah. Banyak kasus yang kita lihat di televisi tentang kehidupan artis dan rumah
tangganya? Apakah kita mau seperti itu.
Tentu pilihannya tidak.
Artinya sebelum menjalankan
kehidupan baru setelah menikah
kita perlu ilmu
agar tak salah arah.
Ilustrasi
di atas membuat kita secar sadar
bahwa untuk meraih apapun perlu
ilmunya. Ilmu pranikah atau sebelum menikah hukumnya harus karena
itu akan menjadi bekal kita untuk
mengarungi samudra rumah tangga
yang pasti akan terjadi gelombang, pasang surut, serta hantaman badai ombak. Ilmu
yang wajib kita
pegang adalah ilmu agama. Ilmu
agama ini membentengi diri kita
untuk terus melangkah
karena ada rambu pembatas antara salah dan benar, hak dan kewajiban,
serta yang lainnya. Ilmu agama
tentang menikah menjadi landasan pacu kita
dalam menghadapi setiap persoalan yang
ada di dalam kehidupan kita nanti. Ilmu ini diwajibkan setiap pasangan agar
menciptakan iklim kondusif menuju
rumah tangga penuh
dengan keberkahan tanpa harus
menyalahkan satu pihak saja.
Penciptaan iklim ini harus ada tekad dari kedua belah pihak.
Ketika tonggak satu berdiri
dengan kokoh dan satu rapuh tidak akan menjadikan rumah tangga ini surge yang
didambakan. Kita sebagai pasangan
mau saling membahu untuk terus belajar
agar selaras dalam pola pendidikan rumah tangga yang kita inginkan sesuai dengan
tuntunan agama.
Ilmu
agama tidak hanya dipelajari satu pihak yang mau menikah saja,
tetapi dari kedua calon pasangan yang akan menikah. Tujuan
dari calon pasangan pengantin
mempelajarinya untuk memahami
hal yang paling pokok
terdahulu yaitu tentang hak dan
kewajiban antara laki-laki
sebagai suami dan perempuan
sebagai istri. Sebagai
suami akan tahu tentang perannya di dalam rumah tangga, cara memperlakukan
istrinya kelak ketika sudah
membangun istana kecil dengan
segala kematangan eosi dan pikirannya. Sebaliknya seorang perempuan
akan menjadi seorang istri yang
tahu porsi atau kodratnya di dalam rumah tangga , walaupun ia memiliki kedudukan strata
sosial dan pendidikan lebih daripada suami. Sikap saling
menghargai dan menghormati dalam rumah tangga akan membawa dampak positif
bagi yang berada di istananya. Lalu, kita akan memahami mengapa harus ada
ilmu sebelum menikah? Hal ini untuk memudahkan kita ketika
menjalankan rumah tangga karena
pernikahan adalah usaha terus
menerus tidak akan berhenti
sampai menutup mata. Sebuah usaha
jika ingin berkembang
perlu ilmu atau inovasi agar tidak
tergerus oleh masanya. Sebuah pernikahan bukan berarti mengekang pasangan masing-masing. Akan tetapi,
adanya pernikahan membuat
kedua belah pihak
merasa saling memerlukan satu sama lain, memiliki ikatan batin
yang kuat antarpasangan. Ikatan batin ini tidak akan
kuat jika tidak ada
komunikasi dan jiwa saling menerima kekurangan dan kelebihan. Pernikahan
bukan menjadi ajang yang
lebih hebat dari pasangannya, melainkan
menerima kekurangan dan kesalahan
pasang dan menganggap bonus jika
ia memiliki kelebihan.
Pada
dasar
manusia ingin menjadi lebih unggul, hebat, dan segala yang terbaik. Akan tetapi,
kita tidak menjadi rasa egoisme
menutup segalanya dan menghancurkan segala yang dimulai dengan janji kita kepada Allah Swt. Kita yang notabene
biasa sendiri dan menjalankan
hari-hari tanpa ada peringatan.
Tiba-tiba semua ada standar
fleksibel bergantung kepada pasangan masing-masing. Seharusnya kita
secara sadar untuk terus
belajar ketika sudah
memiliki niat di dalam hati untuk
membangun sebuah pernikahan sakinnah, mawaddah, dan warohmah.
Perlu
ilmu pranikah bagi setiap calon pasangan
pengantin sebagai bekal persiapan mental, fisik, dan psikologis. Secara mental yang harus disiapkan
setiap pasangan pasti akan ada
gejolak rumah tangga di setiap fasenya. Apakah kita
termasuk mampu melewati
segala rintangan yang ada
atau diam dalam
kebelengguan tanpa ada pilihan
untuk menyelesaikan setiap
rintangan datang. Ketika pernikahan
sudah dijalani ada perubahan dalam kehidupan kita sebelumnya. Kehidupan bukan seperti di film-film romantis
yang disuguhkan dihadapan kita.
Ada kehidupan yang
tak terbayangkan yang akan
terjadi di dalam hidup. Bekal
psikologis tidak kalah penting
seperti persiapan mental.
Bekal ini membawa kita
belajar bersikap lebih dewasa
dalam menghadapi segala sesuatu
yang terjadi. Kita ambil contoh kecil saja tentang kurangnya
komunikasi atau kurang mampu
mengungkapkan sedang dirasakan terhadap pasangan. Ini akan menjadi masalah besar karena
kegagalan atau kekeliruan maksud
dari komunikasi berakibat fatal
untuk sebuah rumah tangga dapat
berujung pada perceraian. Pernikahan impian didambakan lenyap dan membawa trauma
yang dalam bagi
setiap pasangan. Sedangkan,
persiapan fisik dalam menjalani
pernikahan juga diperlukan artinya keidupan kita
sebelum menikah harus
ada yang berubah karena setiap
pasangan memerlukan tanggungjawab lebih.
Jika sebelum menikah kita
terbiasa tidur larut malam
dengan menghabiskan waktu dengan bermain
game atau sekadar nonton drama korea favorit. Sedikit demi
sedikit mulai kita ubah dengan tidak tidur
terlalu larut malam karena
setiap pasangan mendambakan
kehidupan yang sehat. Ketiga
persiapan ini sebelum
menikah perlu menjadi bahan untuk dilakukan.
Penting belajar sebelum menikah
agar kita dapat
menyesuaikan diri dengan segala
perbedaan yang ada
baik dari segi visi dan misi dalam berumah tangga. Jangan sampai
adanya perbedaan kecil menjadi boomerang dan menimbulkan
pertengkaran. Kunci sukses sebuah
pernikahan kembali kepada individu masing-masing dan mau terus belajar untuk memperbaiki
diri. Hal yang tidak dapat
disepelekan tentang hubungan
dengan mertua dan ipar
ketika sudah menikah. Istana
cinta yang dibangun membawa mereka di dalam kehidupan
istana itu sendiri. Kita harus
mampu menyikapi keberadaan orangtua atau mertua di dalam pernikahan dengan selalu menghormati mereka.
Kesulitan dalam membina
rumah tangga akan pudar dengan sendiri jika kita mau belajar dan sudah memiliki ilmunya sebelum menikah. Ada
beberapa poin agar pernikahan
mendapat surga rumah tangga yang
dirindukan sebagai berikut.
1.
Laki-laki dan perempuan sudah
mengetahui antara hak
dan kewajiban masing-masing
2.
Adanya perasaan saling
menghormati dan menghargai antarpasangan.
3.
Tidak merasa lebih unggul
dari pasangan karena dia bukan
saingan kita.
4.
Pemahaman tentang menerima segala
kekurangan dan kesalahan, serta mengganggap kelebihan sebagai bonus dalam rumah tangga
5.
Komunikasikan segala sesuatu dengan
pasangan.
Poin-poin di atas menjadi ilmu awal kita menuju surga rumah tangga dan tidak ada kata menyerah untuk belajar dari setiap proses yang kita lalui. Penciptaan surga di rumah tangga kita tidak mudah, tetapi dengan usaha dan tetap mau berusaha semua dapat terwujud. Hal paling utama adalah kenali diri kita sendiri sudah siapkah kita membangun surga di rumah. Jadi, ketika siap mulailah perbaiki diri kita sendiri. Seperti kata pepatah “Tak Ada yang bisa mengubah dirimu kecuali dirimu sendiri”.
NB. Catatan kecil dari penulis

0 komentar:
Posting Komentar